Tahukah Anda 70% oksigen dunia berasal dari samudera? Atau 97% wilayah kehidupan ada di dalam laut? Samudera juga menyerap sebagian besar emisi karbon dioksida dan menyimpan 97% air dunia.
Setiap makhluk hidup; manusia, tanaman dan binatang selalu menggantungkan hidupnya pada laut. Namun kita masih memerlakukan samudera hanya seperti kolam cairan tanpa dasar.
Berbagai kejadian akhir-akhir ini menunjukkan betapa perilaku merusak lautan masih mendominasi krisis lingkungan dunia. Sampah plastik yang mengapung di Samudera Pasifik yang dijuluki “Great Pacific Garbage Patch” – luasnya kini diperkirakan lebih besar dari negara bagian Texas.
Pada April 2010 lalu, ledakan kilang minyak lepas pantai Deepwater Horizon mencoreng reputasi perusahaan minyak asal Inggris, British Petroleum (BP). Ledakan itu hingga kini terus mencemari kehidupan laut yang menjadi tempat bergantung baik bagi komunitas lokal maupun ekosistem dunia.
Manusia terus merusak lautan selama berpuluh tahun. Dalam 60 tahun terakhir, sebanyak 90 – 95% dari spesies ikan dunia telah dikonsumsi manusia. Separuh dari terumbu karang di perairan dangkal, yang menjadi tempat berkembangbiaknya aneka ragam kehidupan, telah hilang atau terancam musnah.
Tingkat permukaan air laut terus meninggi akibat perubahan iklim. Air laut juga menjadi semakin asam sehingga membahayakan banyak spesies di laut.
Saat ini kampanye hijau terus bergaung namun kita tidak boleh melupakan masalah-masalah yang mendera “Si Biru” yaitu lautan. Karena secara keseluruhan, dunia hijau dan biru saling bergantung.
Energi bersih bisa mengurangi emisi karbon dioksida, yang pada akhirnya bisa mengurangi beban fungsi samudera sebagai penyerap karbon. Pola makan manusia yang lebih ramah lingkungan juga bisa mengurangi ancaman kepunahan spesies laut.
Kampanye daur ulang dan upaya untuk mengurangi kemasan bisa membantu dunia menekan jumlah sampah plastik dan bukan menambahnya. Semua upaya ini penting untuk mendukung terciptanya kebijakan penyelamatan lautan.
Kita juga tidak boleh lupa bahwa setiap individu bisa membantu mengatasi masalah besar ini. Jika semua orang sadar bahwa apapun yang mereka lakukan akan berdampak terhadap lingkungan, perubahan tidak mustahil akan tercipta.
Dan kita bisa memulainya dari hal yang kecil. Seperti menggunakan transportasi publik, memilih energi alternatif yang ramah lingkungan, hingga mendaur ulang sampah. Semua itu akan menunjang fungsi laut sebagai penopang seluruh kehidupan di muka bumi ini. Sehingga hubungan yang harmonis antara dunia hijau dan biru bisa terus terpelihara.
Catatan redaksi: Artikel ini diadaptasi dari tulisan Ashok Kamal, Co-Founder & CEO dari Bennu, perusahaan pemasaran media sosial yang memberikan solusi bagi program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Sumber: Triple Pundit